Jumat, 24 Januari 2014

VEDA III




TUGAS
VEDA III

logo







Oleh:
Nama: Putu Yuli Supriyandana
NIM: 10.1.1.1.1.3852
Kelas: PAH A / V







FAKULTAS DHARMA ACARYA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI
DENPASAR
2012


Konsep Ketuhanan dalam Sloka Sarasamucaya
Sarasamuccaya 171).
” na danadduskaratam trisu lokesu vidyate,  arse hi mahati trsna sa ca krcchrena labhyate ”
artinya : Sebab di dunia tiga ini tidak ada yang lebih sulit dilakukan daripada berdanapunya (bersedekah ), umumnya sangat besar terlekatnya hati kepada harta benda, karena dari usaha bersakit – sakitlah harta benda itu diperoleh.
” dhanani jivitam caica pararthe prajna ut srajet, sannimittam varam tyago vinace niyate sati ”
artinya : Maka tindakan orang yang tinggi pengetahuanya, tidak sayang merelakan kekayaan, nyawanya sekalipun, jika untuk kesejahteraan umum; tahulah beliau akan maut pasti datang dan tidak adanya sesuatu yang kekal; oleh karena itu adalah lebih baik berkorban ( rela mati ) demi untuk kesejahteraan umum.
 ” yasya pradanavandhyani dhananyayanti yanti ca, sa lohakarabhastreva cvannapi na jivati ”
artinya : “Kekayaan seseorang datang dan pergi (mengalami pasang surut), bila tidak dipergunakan untuk berdana punia, maka mati namanya, hanya karena bernafas bedanya, seperti halnya puputan pandai besi”. (Sarasamuccaya 179).
 SARASAMUSCAYA Sloka 261 itu menyatakan bahwa carilah uang itu
berdasarkan Dharma. Selanjutnya gunakanlah perolehan itu untuk
mewujudkan tiga tujuan hidup.

sarasamuscaya 21.. kunang ikang wwang gumawayikang subhakarma, janmanyan sangke rig swarga delaha, litu hayu maguna, sujanma, sugih, amwiirya, phalaning subhakarmawasana tinemuya…
Artinya maka orang yang melakukan perbuatan baik kelahirannya dari sorga kelak akan menjadi orang yang rupawan,gunawan,muliawan, hartawan, dan berkekuasaan; buah hasil perbuatan yang baik didapat olehnya..
Indram mitram varunam agnim ahur Atho divyah sa suparno garutman Ekam sadvipra bahudavadhanty Agnim yamam matarisvanam ahuh (Reg weda I.164.46)
artiny “Mereka yang menyebut-Nya dengan Indra, mitra, varuna, dan agni, Ia yang bersayap keemasan Garuda, Ia adalah Esa, para maharsi (viprah) memberinya banyak nama, mereka menyebut Indra, Yama, Matarisvan.
Bhagawadgita XI.40.
Namah puras tas artha prstha taste Mamostu te sarvata eva sarva Ananta vi rya mitavikramastvam Sarvam samapnosi sarvah.
Artinya : Hormat pada-Mu pada semua sisi, O Tuhan. Engkau adalah semua yang ada, tak terbatas dalam kekuatan, tak terbatas dalam keperkasaan. Karena itu engkau adalah semua itu.
 Svestasvara Upanishad II.17.  Yo devo’gnayu yo’psu, yo visvam bhuvanama visesa, Yo asadishu yp vanaspatisu, tasmai devaya namo namah.
Artinya : Sujud pada Tuhan yang berada dalam api, yang ada dalam air yang meresapi seluruh alam semesta yang ada dalam tumbuh-tumbuhan yang ada dalam pohon-pohon kayu.
 kitab Maha Nirvana Tantra dan Brahma Sutra I.1.2. Sehubungan dengan itu kitab suci Bhagawad Gita adhyaya XI sloka 55 dan XVIII.65 menyatakan :  “Yang bekerja bagi-Ku, menjadikan Aku sebagai tujuan tertinggi,
berbakti kepada-Ku tanpa kepentingan pribadi,tiada bermusuhan terhadap segala insani,
dialah yang datang kepada-Ku, oh Pandawa “
” Pusatkan pikiranmu pada-Ku, berbakti pada-Ku, bersujud pada-Ku, sembahlah Aku engkau akan tiba pada-Ku, Aku berjanji  setulusnya padamu sebab engkau Ku-kasihi “
kitab suci Yajur Veda IX.22 dan 23, Atharva Veda XII.1.2 serta Veda Smrti VII.13, 14 dan 18 yang terjemahannya berbunyi sebagai berikut :
” Kami menghormati Ibu Pertiwi. ( Yaj.V. IX.22 )
Semoga kami waspada menjaga dan melindungi bangsa dan negara kami. ( Yaj.V. IX.23 )
Semoga kami dapat berkorban untuk kemuliaan bangsa dan negara kami ” ( Ath.V. XII.1.2 )
” Karena itu hendaknya jangan seorangpun melanggar undang – undang yang dikeluarkan oleh pimpinan negara, baik karena menguntungkan seseorang maupun yang merugikan pihak yang tidak menghendakinya “
( V.Smrti. VII.13 )
” Demi untuk itu, Tuhan telah menciptakan Dharma, pelindung semua makhluk, penjelmaannya dalam wujud undang – undang merupakan bentuk kejayaan Brahman Yang Esa” ( V.Smrti VII.14 ). ” Sangsi hukum itu memerintah semua makhluk, hukum itu yang melindungi mereka, hukum yang berjaga selagi orang tidur, orang – orang bijaksana menyamakannya dengan Dharma ” ( V.SmrtDemikianlah manusia harus menyadari bahwa dirinya merupakan suatu kesatuan dengan alam semesta ini didalam Tuhan. Kitab suci Isa Upanisad sloka 6 menyatakan :
” Yas tu sarvani bhutani atmanyevanupa?yati sarva bhutesu catmanam tato na vijugupsate.”
Artinya: ” Dia yang melihat semua mahluk pada dirinya (Atman) dan dirinya (Atman) sendiri pada semua mahluk, Dia tidak lagi melihat adanya sesuatu perbedaaan dengan yang lain.”


Sloka Sarasamucaya tentang ajaran Etika
Susila atau etika merupakan upaya (karma) manusia mempergunakan keterampilan fisiknya (angga/raga)dan cerdas rohani  (suksma sarira) manusia terdiri atas pikiran (manas), kecerdasan (buddhi) .dan kesadaran murni (atman) yang dapat berfungsi sebagai saranauntuk memecahkan berbagai masalah tentang bagaimana manusia hidup  dan berbbuat baik (saputra). Kitap sarasamuscaya menyebutkan sebagai berikut : manusah sarvabhutesu varttate vaiu saubhasuhe,asubhasue  samasvitam subhesveva vakyaret. Ri sakiwang srwa bhuta,ikingjanma wwang juga wenang gumayana kening subha –subhakarma  iking janma, kuneng  akena ring subhakarna juga ikang asubha karma phalaning dadi wwang  (sarasamuscaya, 2)
 Artinya : Dari sedemikian banyaknya semua mahkluk yang hidup , yang di lahirkan sebagai manusia itu saja yang dapat berbuat perbuatan yang baik –buruk itu adapun untuk peleburan perbuatan buruk ke dalam perbuatan yang baik juga manfaatnya menjadi manusia .       
Demikianlah manfaat hidup menjadi manusia sebagai di sebutkan dalam kitab suci Weda. manusia hendaknya selalu mengupayakan prilaku yang baik dengan sesamanya memperlakukan orang dengan baik sesungguhnaya adalah sama dengan memperlakukan diri sendiri dengan baik juga (tatwam asi)  prilaku seperti itu patut di upayakan harus di lestarikan dalam setiap tindakan kita sebagai manusia setiap induvidu hendaknya berfikir dan bersifat professional menurut guna dan karma.  di antara makhluk hidup, manusia merupakan makhluk paling istimewa, makhluk yang paling sempurna karena memiliki Tri Pramana (bayu, sabda, idep). Dengan idep manusia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk serta mampu melebur perbuatan buruk ke dalam perbuatan baik. Menyadari hal tersebut maka janganlah sia-siakan kesempatan lahir sebagai manusia untuk berbuat baik (susila), agar tujuan kita lahir ke dunia bisa tercapai. Dalam kitab Sarasamuscaya, sloka 160 disebutkan sebagai berikut :
“Silam pradhanam puruse tadyaseha pranasyati, na tasya jivitenartho duh silam kinprayojanam, Sila ktikang pradhana ring dadi wwang, hana prawrtti ning dadi wwang dussila, aparan ta prayojananika ring hurip, ring wibha, ring kaprajinan, apan wyartha ika kabeh, yan tan hana silayukti”.
Artinya :
Susila itu adalah yang paling utama, pada titisan sebagai manusia. Jika ada perilaku titisan sebagai manusia itu tidak susila, apakah maksud orang itu dengan hidupnya, dengan kekuasaan, dengan kebijaksanaan, sebab sia-sia itu semuanya jika tidak ada kesusilaan. Ajaran susila hendaknya terapkan di dalam kehidupan kita di dunia ini, karena di dunia inilah tempat kita berkarma.
            Beberapa sloka dalam kitab suci yang memabahas tentang pengaruh Tri Guna terhadap kepribadian manusia adalah sebagai berikut :
“Yan satwawika ikang citta, ya hetuning atma pamunggihaken kamoksan, apan ya nirmala, dumeh ya gumawayaken rasaning agama lawan wekas ning guru (Wrghaspati tattwa, 20)
Artinya : Apabila sattwa citta itu, Itulah Atma menemukan kamoksaan, atau kelepasan oleh karena itu ia suci, menyebabkan ia melaksanakan ajaran agama dan petuah guru.
Yapwan pada gong nikang sattwa lawan rajah, yeka matangnyan mahyun mugawaya dhama denya, kedadi pwakang dharma denyu kalih, ya ta matangnyun mudih ring swarga, apan ikang sattwa mahyun ing gawe hayu, ikang rajah manglakwaken” (Wgraspati tatwa, 20)
Artinya : Apabila sama besarnya anatara sattwam dan rajah, itulah menyebabkan ingin mengamalkan dharma olehnya, berhasilah dharma itu olehnya berdua, itulah menyebabkan  pulang ke sorga, sebab sattwam ingin berbauat baik, si rajah itu yang melaksanakan.
Yan pada gingnta katelum ikang sattwa, rajah, tamah, ya ta matangnyan pangjadma manusia, apaan pada wineh kahyunya” (Wraspati tatwa, 22)
Artinya : Apabila sama besarnya ketiga Guna, Sattwan, Rajah, dan Tamah itu, itulah yang menyebabkan penjelmaan manusia karena sama memberikan kehendaknya / keinginannya.
“Yapwan citta si rajah magong, kridha kewala, sakti pwa ting gawe hela, tat a getening Atma tibeng naraka”(Wrhspati tattwa, 23)
Artinya :Apabila citta si rajah besar, hanya marah kuat pada perbuatan jahat, itulah yang menyebabkan jatuh ke neraca.

Kitab Sarasamuscaya menyebutkan sebagai berikut :
“Yatnah kamarthamoksanam krtopi hi wipadyate, dharmamaya punararambhah sankalpopi na nisphalah. Ikang kayatnan ri kagawayaning kama, artha, mwang moksa, dadi ika tanpa phala, kunang ikang kayatnan ring dharmasadhana, niyata maphala ika, yadya pin angenangen juga, maphala atika” (sarasamuscaya, 15).
Artinya : Supaya diperhatikan dengan diingat-ingat dalam mengusahakan Kama, Artha dan Moksa, sebab tidak ada pahalanya. Adapun yang harus diusahakan dengan jalan dharma, tujuan itu pasti tercapai, walaupun hanya dalam angan-angan saja akhirnya akan berhasil.
Kama disebut juga hawa nafsu. Hawa nafsu yang dapat menjerumuskan manusia ke arah yang buruk jika dilakukan secara berlebihan. Sekehendaknyalah bila umat bisa mengekang hawa nafsu mereka menuju kebaikan dari dharma itu sendiri. Seperti disebutkan dalam : Sarasamuscaya 46 Mritye janmanor’thaya jayante maranaya ca, na dharmatam na karmatham trnaniva prthagjanah.  Apan purih nikang prthagjana, tan dharma, tan kama, kasiddha denya, nghing matya donyan ahurip, doning patiya, nghing hanma muwah, ika tang prthagjana mangkana kramanya, tan hana patinya ide nika, taha pih, tan hana pahinya lawan dukut, ring kapwa pati doning janmanya, janma doning patinya.
  Artinya . Sebab peri keadaan orang kebanyakan (orang yang belum mencapai tingkat filsafat) ia tidak mengerti akan hakikat dharma, dan juga tidak tahu bagaimana cara mengendalikan nafsu; yang dapat dicapainya hanyalah untuk mati tujuan mereka hidup, maksud matinya adalah hanya untuk lahir lagi; orang kebanyakan demikian keadaannyaitu, bukan mati yang dipikirkannya, cobalah pikirkan, kehidupan serupa itu tiada bedanya dengan rumput yang mati untuk tumbuh kembali, dan tumbuhnya hanya untuk menunggu matinya.
Sarasamuscaya 80 Mano hi mulam sarvesamindrayanam pravartate, subhasubhasvavashtasu karyam tat suvyavasthitam.Apan ikang manah ngaranya, ya ika witning indriya, maprawrtti ta ya ring subhasubhakarma, matangnyan ikang manah juga prihen kahrtanya sakareng.
 Artinya.Sebab  yang disebut pikiran itu, adalah sumbernya nafsu, ialah yang menggerakkan perbuatan yang baik atau pun buruk; oleh karena itu, pikirkanlah yang segera patut diusahakan pengekangannya/ pengendaliannya. 
Sarasamuscaya 93  Natah srimattara kincidanyat pathyatara tatha prabhavisnorytha tata ksama sarvatra sarpvada. Sangksepanya, ksama ikang paramarthaning pinakadrbya, pinaka mas manic nika sang wenang lumage saktining indriya, noralumewihana halepnya; anghing ya wekasning pathya, pathya ngaraning pathadnapetah, tan panasar sangke marga yukti, manggeh sadhana asing parana, tan apilih ring kala.
Artinya.  kesabaran hati itulah yang merupakan kekayaan yang utama; itu adalah sebagai emas dan permata orang yang mampu memerangi kekuatan hawa nafsunya, yang tidak ada melebihi kemuliannya. Akan tetapi ia juga pada puncaknya pathya; pathya disebut patadanapeta, yang tidak sasar, sesat dari jalan yang benar, melainkan tetap selalu merupakan pedoman untuk mencapai setiao apa yang akan ditempuh sepanjang waktu.
Lobha artinya kerakusan. Artinya suatu sifat yang selalu menginginkan lebih melebihi kapasitas yang dimilikinya. Untuk mendapatkan kenikmatan dunia dengan merasa selalu kekurangan, walaupun ia sudah mendapatnya secara cukup. Seperti misal lobha dalam mendapatkan harta seperti disebutkan dalam : Sarasamuscaya 267. Jatasya hi kule mukhye paravittesu grhdyatah lobhasca prajnamahanti prajna hanta hasa sriyam.
Yadyapin kulaja ikang wwang, yan engine ring pradryabaharana, hilang kaprajnan ika dening kalobhanya, hilangning kaprajnanya, ya ta humilangken srinya, halep nya salwirning wibhawanya
 Artinya . Biar pun orang berketurunan mulia, jika berkeinginan merampas kepunyaan orang lain; maka hilanglah kearifannya karena kelobhaanya; apabila telah hilang kearifannya itu itulah yang menghilangkan kemuliaannya dan seluruh kemegahannya.
Kemiskinan dan hasil buruk di kehidupan yang akan datang akan jadi balasannya. Seperti tercantum dalam: Sarasamuscaya 360
Musnam daridratyabhihanyate ghnan pujyunamasampujya bhavatyapujyah, yat karmavijam vapate manusyah tasyanurupani phalani bhumkte.
Ikang akelit ring paradrwya nguni ring purwajanma, daridra janma nika ring dlaha, ikang amati nguni pinatyan ika dlaha, sangksepanya, salwining karma wija inipuk nguni, ya ika kabhukti phalanya dlaha.

 Artinya. Yang menyerobot kepunyaan orang lain waktu hidupnya dulu, dilahirkan menjadi orang miskin di kemudian hari ; yang membunuh pada waktu hidupnya dulu akan dibunuh dalam hidupnya kemudian; singkatnya, semua benih perbuatan yang ditabur dan dibiakkan dulu, buahnya itulah yang dinikmati kemudian.

Kebodohan yang juga akan membawa manusia ke jurang kesengsaraan tanpa batas dan tiada bisa mengartikan dan membedakan antara baik dan buruk itu sendiri. Slokanya adalah
 Sarasamuscaya 400 Ajnaphrabhavarin hidam yadduhkhamupalabhyate lobhadeva tadajnanamajnanallobha eva ca Apan ikang sukhadukha kabhukti, punggung sankanika, ikang punggung, kalobhan sangkanika, ikang kalobhan, punggung sangkanika, matangyan punggung sangkaning sangsara
 Artinya. Sebab suka duka yang dialami, pangkalnya adalah kebodohan; kebodohan yang ditimbulkan oleh loba, sedang loka (keinginan hati) itu kebodohan asalnya; oleh karena itu kebodohanlah asal mula kesengsaraan itu.
Krodha berarti sifat kemarahan. Jika berlebihan akan membawa manusia ke jurang kehancuran. Pengendalian sifat-sifat marah tentu saja akan lebih menyejukkan hati manusia dalam menjalani berbagai jalan kehidupan. Musuh akan bisa dikurangi dengan tidak melanjutkan amarah secara membabi buta, seperti terlihat pada sloka berikut :
 Sarasamuscaya 96 Na catravah ksayam yanti yavajjivamapi ghnatah, krodham niyantum yo veda tasya dvesta na vidyate Katuhwan, apan yadyapi wenanga ikang wwang ri musuhnya, ta kawadhan patyana satrunya, asing kakrodhanya, sadawani huripnya tah yang tutakena gelengnya tuwi, yaya juga tan hentya ni musuh nika, kuneng prasiddha ning tan pamusuh, sang wenang humrt krodhnira juga.
 Artinya. Sebenarnya, meskipun orang itu selalu jaya terhadap seterunya, serta tak terbilang jumlah musuh yang dibunuhnya, asal yang dibencinya musnah, maka selama hidupnya pun, jika ia hanya menuruti kemarahan hatinya belaka, tentu saja tidak akan habis-habisnya musuhnya itu. Akan tetapi yang benar-benar tidak mempunyai musuh, adalah orang yang berhasil mengekang kemarahan hatinya.
 kedamaian akan hadir pada mereka yang mampu mengekang nafsu amarahnya. Seperti pula hal tersebut tercantum dalam sloka berikut :
 Sarasamuscaya 98 Atmopamastu bhutesu yo bhavediha purusah. Tyaktadando jitakrodhah sa pretya sukhamdhate. Apayapan ikang wwang upasama, tan pahi lawanawaknya ta pwa ikang sarwabhawa lingya, arah harimbawa, tatan pangdanda, tan katanam krodha, ya ika wyaktining sarwasukha, apan mangken temung sukha, ring paraloka sukha tah tinemunya.
 Artinya. Karena orang yang berhati sabar, berpendapat sekalian mahluk hidup itu tiada beda dengan dirinya sendiri; “ah, janganlah mementingkan diri sendiri, jangan memukul jangan marah ‘ orang yang dapat melaksanakan itu, itulah merupakan sumber atau asal mula kesenangan dan kepuasan hati, sebab sekarang ia mendapatkan kebahagiaan pun di dunia lain diperolehnya pula.
Sarasamuscaya 101 Akrodhanah krodhanebhyo visistastatha titiksuratitiksorvistatah, amanusebhyo manusasca pradhana vidvamstathaivavidusah pradhanah . Sangksepanya, lwih ikang wwang mangawasakena krodha; sangke kinawasakening krodha, monpakalwih juga anugrahana wiryadi tuwi, mangkana ikang kelan, lwih ika sangkeng tan kelan, yadyapin mangkana kalwihnya, mangkana manusajanma, lwih jugeka sangkeng tan manusa, mon lwih ring bhogopabhogadi, mangkana sang pandita, lwih sira sangkeng tapandita, yadyapin samrddhya ring dhanadhanyadi
Artinya. sangat lebih utama orang yang berhasil menguasai kemarahan daripada orang yang dikuasai kemarahan, meskipun orang kedua itu lebih kaya, lebih berkuasa dan lain-lain orang yang tahan sabar adalah ia jauh lebih baik dari pada yang tidak tahan sabar, walaupun bagaimana besar kekuasaannya, demikian pula penjelmaan menjadi manusia adalah juga lebih utama dari pada penjelmaan sebagai mahluk lain dari manusia, kendati berkelebihan pada bidang pelbagai kenikmatan dan lain-lainnya; demikian pula sang pandita, lebih utama dari orang yang bukan pandita, biarpun berlimpah-limpah harta kekayaannya, dan lain-lai
Moha berarti pula bingung. Bingung yang tiada mampu membedakan mana arti benar dan salah. Seperti orang bodoh yang tidak tahu mana jalan yang mengandung kebenaran. Tujuan utama agama akan menghantar pada yang baik yaitu surga. Orang bingung akan mengira kebenaran itu sebagai kebenaran yang lain. Seperti pada sloka berikut:
Sarasamuscaya 35 Ekam yadi bhavecchastram sreyo nissamcayam bhavet’ bahutvadiha sastranam guham creyah pravesitam.
Yan tunggala keta Sang Hyang Agama, tan sangcaya ngwang irikang sinanggah hayu, swargapawargaphala, akweh mara sira, kapwa dudu paksanira sowing-sowang-hetuning wulangun, tan anggah ring anggehakena, hana ring guhagahwara, sira sang hyang hayu.
 Artinya . Sesungguhnya hanya satu tujuan agama, mestinya tidak sangsi orang yang disebut kebenaran, yang dapat membawa ke surga atau moksa, semua menuju kepadanya, akan tetapi masing-masing berbeda caranya, disebabkan oleh kebingungan, sehingga yang tidak benar dibenarkan; ada yang menyangka,bahwa di dalam gua yang besarolah tempatnya kebenaran itu.
sarasamuscaya 88 Abhidhyaluh parasvesu neha namutra nandati, tasmadabhidhya santyajya sarvadabipsata sukham. Hana ta mangke kramanya, engin ring drbyaning len, madengki ing suhkanya, ikang wwang mangkana, yatika pisaningun, temwang sukha mangke, ring paraloka tuwi, matangnyan aryakena ika, sang mahyun langgeng anemwang sukha.
Artinya .Adalah orang yang tabiatnya menginginkan atau menghendaki milik orang lain, menaruh dengki iri hati akan kebahagiannya; orang yang demikian tabiatnya, sekali-kali tidak akan mendapat kebahagiaan di dunia ini, ataupun di dunia yang lain; oleh karena itu patut ditinggalkan tabiat itu oleh orang yang ingin mengalami kebahagiaan abadi.  
Sarasamuscaya 89 Sada samahitam citta naro bhutesu dharayet, nabhidhyayenne sphrayennabaddham cintayedasat Nyanyeki kadeyakenaning wwang ikag buddhi masih ring sawaprani, yatika pagehankena, haywa ta humayamakam ikang wastu tan hana, wastu tan yukti kuneng, haywa ika inangenangen.
 Artinya . Nah inilah yang hendaknya orang perbuat, perasaan hati cinta kasih kepada segala mahluk hendaklah tetap dikuatkan, janganlah menaruh dengki iri hati, janganlah menginginkan dan jangan merindukan sesuatu yang tidak ada, ataupun sesuatu yang tidak halal; janganlah hal itu dipikir-pikirkan.  :
 Sarasamuscaya 91 Yasyerya paravittesu rupe virye kulavaye, sukhasaubhagyasatkare tasya vyadhiranatagah  Ikang wwang irsya ri padanya janma tumon masnya, rupanya, wiryanya, kasujanmanya, sukhanya kasubhaganya, kalemanya, ya ta amuhara irsya iriya, ikang wwang mangkana kramanya, yatika prasiddhaning sanngsara ngaranya, karaket laranya tan patamban.
Artinya. Orang yang irihati kepada sesanya manusia, jika melihat emasnya, wajahnya, kelahirannya yang utama, kesenangannya, keberuntungannya dan keadaannya yang terpuji; jika hal itu menyebabkan timbulnya iri hati pada dirinya; maka orang demikian keadaannya itulah sungguh-sungguh sengsara namanya, terlekati kedukaan hatinya yang tak terobati.









Sloka sarasamucaya dalam ajaran upacara

Atharwa Weda  XXI.1.1  menyebutkan :                                                        
Satyambrihadh rtam ugram diksa tapo
Brahma yajna prithivim dharayanti
Artinya    :
Kebenaran, hukum abadi yang agung dan penyucian diri pengendalian
diri, doa dan ritus (Yajna) inilah yang menegakkan bumi
Saha yajnahprajah srstva purovacaprajapatih
‘anenaprasavisadhauam esa vo stu ista-kama dhuk
Artinya: Sesungguhnya sejak dulu dikatakan, Tuhan setelah menciptakan manusia melalui (Bhagawadgita  III.10) yajna, berkata : dengan (cara) ini engkau akan berkembang, sebagaimana sapi perah yang memenuhi keinginanmu (sendiri).
Satyam brhadrtamugram diksa, tapo brahma yadnya Prthiwimdharayanti (Atharwa Weda)
Artinya : Sesungguhnya  satya,rta, diksa, tapa, brahma dan yadnya  yang menyangga dunia.    
Yajna ngaraning manghanaken homa  (Wraspati Tattwa)
Artinya : Yajna artinya mengadakan homa   
Yajna ngaranya “Agnihotradi” kapujan Sang Hyang Siwagni pinakadinya   (Agastya Parwa)
Artinya : Yajna artinya “Agnihotra”  yang utama yaotu pemujaan atau persembahan  kepada Sang Hyang Siwa Agni.
Bhagawadgita III.9 menyebutkan :  Setiap melakukan  pekerjaan hendaknya dilakukan sebagai
yajna   dan untuk yajna.
Bhagawadgita III.12 menyebutkan, Para dewa akan memelihara manusia dengan memberikan kebahagiaan. Karena itu manusia yang mendapatkan kebahagiaan bila tidak membalas pemberian itu dengan yajna pada hakikatnya adalah pencuri. Kemudian seloka selanjutnya menyebutkan bahwa orang yang terlepas dari dosa adalah orang yang makan sisa persembahan atau yajna. Maka sebelum menikmati  makanan, kita harus mempersembahkan makanan itu pada Tuhan. Kita makan prasadam (lungsuran=bahasa Bali) artinya makan anugrah Tuhan.
Bhagawadgita VII.16 menyebutkan :“Chaturvidha bhayante mam Janah sukrtino ,rjuna Arto jijnasur artharthi  Jnani ca bharatasabha”
Artinya Ada empat macam orang yang baik hati memuja padaku, wahai Bharatasabha, mereka yang sengsara, yang mengejar ilmu, yang mengejar artha dan yang berbudi Arjuna.
Dalam kitab Sarasamucaya  81 disebutkan dalam terjemahannya sbb.: Demikianlah hakikatnya pikiran tidak menentu jalannya, banyak yang dicita-citakan terkadang berkeinginan, terkadang penuh keragu-raguan, demikianlah kenyataanya, jika ada orang yang dapat  mengendalikan pikiran  pasti orang itu memperoleh kebahagiaan baik sekarang maupun didunia lain.
Kitab Bhagawadgita VII.8  memberi petunjuk sbb. : “Raso ‘ham apsu kaunteya,   prabha ‘smi  sasisuryayoh, Pranavah sarvavedeshu,  sabdah  khe paurusham nrisu”
Artinya :  Aku adalah rasa dalam air,  Kunti putra, Aku adalah cahaya pada bulan dan matahari. Aku adalah huruf aum  dalam kitab suci Weda, Aku adalah suara diether dan kemanusiaan pada manusia.
Kitab Sarasamucaya I. 4.   Menyebutkan “Iyam hi yonih prathma yonih prapya jagadipe Atmanam sakyate tratum karmabhih sublalaksanaih Apan ikang dadi wwang uttama juga ya, nimittaning mangkana,  wenang ya Tinulung  awaknyasangkeng sangsara, makasadanang  subhakarma  Hinganina  kotamamaningdadi wwang ika
Artinya  : Sebab menjadi manusia sungguh utama juga, karena itu, ia dapat  menolong dirinya dari keadaan sengsara dengan jalan karma  yang baik, demikianlah keistimewaan menjadi manusia.
Kitab Bhagawadgita IV.28 sbb.: “Dravya-Yajnas tapa-yajna, yoga-yajnas tathapare,Svadhyaya, jnana yajnas ca yatayah samstia vratah
Artinya : Ada  yang  mempersembahkan harta, ada tapa, ada yoga, dan yang lain pula pikirkan yang terpusat dan sumpah berat, mempersembahkan ilmu dan pendidikan budi.
Sloka Bhagawadgita menjelaskan hal ini sbb.: “ye yatha mam prapadyante, tams tathai ‘va bhayamy aham Mam vartma .nuvartante, manushyah partha sarvasah”
Artinya Dengan jalam manapun (beryajna)   ditempuh manusia kearah-Ku, semuanya Ku-terima  dari mana-mana semua mereka menuju jalan-Ku oh  Partha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar