Jumat, 24 Januari 2014

Yoga Dalam Persepektif Kehidupan Sehari-hari



TUGAS YOGA II
Yoga Dalam Persepektif Kehidupan Sehari-hari

Dosen Pengampu: I Ketut Sumardana, S.Pd.H, M.Pd.H



                       





IHDN DENPASAR


OLEH
Putu yuli supriyandana
NIM: 10.1.1.1.1.3852





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA HINDU
FAKULTAS DHARMA ACARYA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI
DENPASAR
2011


Pendahuluan
Jalan rohani itu merupakan sebuah batu loncatan untuk pengetahuan yang lebih lanjut. Setiap jalan rohani memenuhi kebutuhan rohani yang mungkin tidak dapat dipenuhi oleh jalan rohani yang lain. Tidak satupun jalan rohani yang memenuhi kebutuhan semua orang di segala tingkat. Saat satu individu masih tingkat pemahamannya tentang Tuhan dan perkembangan dalam dirinya, dia mungkin merasa tidak terpenuhi oleh pengajaran jalan rohani sebelumnya dan mencari jalan rohani yang lain untuk mengisi kekosongannya. Bila hal itu terjadi, maka orang tersebut telah meraih tingkat pemahaman yang lain dan akan merindukan kebenaran serta pengetahuan yang lebih luas, dan kemungkinan lain untuk tumbuh.
Dengan demikian kita tidak berhak untuk mencerca jalan rohani yang lain. Semua berharga dan penting di mata-Nya. Ada pemenuhan sabda Tuhan, akan tetapi kebanyakan oaring tidak meperolehnya di sini untuk bisa meraih kebenaran, kita perlu mendengarkan roh dan melepas ego kita. Dan Yoga sebagai salah satu jalan yang bersifat universal adalah salah satu jalan rohani dengan tahapan-tahapan yang disesuaikan dengan kemapuan spiritual seseorang. Namun harus diakui, bahwa Yoga yang diketahui sekarang merupakan warisan dari khazanah budaya India. Maka istilah-istilah dalam Yoga mempunyai banyak kesamaan dengan istilah-istilah dalam agama Hindu, karena keduanya sama-sama lahir dalam tradisi kebudayaan India. Oleh karenanya, bila ingin mendalami Yoga, harus tidak keberatan menerima istilah-istilah India. Sebagaimana kita tidak pernah keberatan menggunakan istilah-istilah Latin, bila belajar ilmu kedokteran.




PEMBAHASAN
Semasa bayi saya di rawat oleh ibu , saya di berikan asi dan selalu di rawat dengan baik. Ketika mengijak sudah mulai berjalan saya melakukan gerakan  yang membuat saya menjadi sehat, mulai mengijak umur 5 tahun , di bilang saya nakal dan usil kepada anak anak yang lebih kecil dari saya. Saya selalu di bilang anak yang nakal sama orang tua,dan selalu orang tua memukuli saya dengan benda yang ada di sampingnya,. Alat (benda) yang sering di pakainya seperti sapu, kayu kopi, dan di lempar pakai batu. Saya didik demikian agar menjadi anak yang baik , karna ualh saya demikian orang tua sering sekali memarahi . mulai saya umur 6 tahun saya di sekolahkan di SDN.4 PEDAWA sama orang tua , karena saya anak yang nakal saya sering di marahi guru yang mengajar saya di kelas satu  sering mendapatkan hukumam seperti jaln jongkok, berdiri di depan kelas dan di suruh lari keliling lapangan 10x . lari ini termasuk ajaran pranayama  karna pada saat lari nafas harus di atur,lari sepuluh kali sangat melelahkan. Di SD saya selalu menjadi bahan tertawaan  orang akibat nakal saya,naik di kelas dua saya  masih  nakal seperti  yang semasih kelas satu, kelas dua saya sering meminjam uang sama teman taman tetapi saya tidak mengembalikannya sering saya melakukan seperti itu sampainya saya sering di marahi sama kakak sepupunya. Naik di kelas tiga saya di suruh mehapalkan perkalian sama wali kelas tetapi saya tidak hafal dan saya sering di hukum di suruh berdiri di depan kelas, naik ke kelas empat saya klagi membuat ulah sama guru baru, saya sering memegang payu daranya  sama teman teman, saya sering di kelas empat melakukan pelanggaran tata tertib sekolah sampai saya pernah hampir membunuh adik kelas. Akibat saya melakukan permainan  kasti yang waktu itu saya jago melakukan kasti  dan tim saya kalah, pada saat itu saya emosi dalam permainan hampir sya melakukan kesalahan kepada musuh yang saya lawan saat itu, di rumah sya serig sekali mendapatkan gembelengan sama bapak dan ibuk saya akibat dari kenakalan yang di lakukan sampai saat pernah di mandiin memakai sambal yang di pakai bumbu babi guling. Saya mengingijak kelas VI saya hampir tidsk naik kelas karna orang tua saya menyuruh wali kelas saya agar saya tidak naik kelas, karna orang tua saya sudah bosen menasehati saya, saya dirumah dari belum sekolah sampai kelas lima saya rajin membantu orang tua menyabit dan saya di belikan sapi di suruh memeliharanya. Saya pulang sekolah habis makan saya langsung ke kebun menyabit. Saya kelas lima  hampir mewakili sekolah saya lomba  murid teladan di bidang IPS karna saya sedikait tahu tentang pelajaran ips. Di kelas lima saya di ajarkan juga membuat canang sari dan di jelaskan juga arti dari canang sari itu :  unsur pokoknya dan artinya adalah sebagai berikut:
1.    Ceper/ daun pisang  sebagai alas dan tempat meletakkan unsur-unsur pembentuk canang.
2.    Porosan, porosan terdiri dari pinang dan kapur (pamor) yang dibungkus dengan daun sirih. Lontar yadnya prakerti menyebutkan: pinang, kapur dan sirih adalah lambang pemujaan tuhan dalam manifestasinya sebagai  Sang Hyang Tri Murti. Pinang melambangkan pemujaan kepada dewa Brahma sebagai pencipta , sirih  melambangkan pemujaan kepada dewa Wisnu sebagai pemelihara  dan kapur Melambangkan pemujaan Kepada Dewa Siwa sebagai pelebur. Jadi makna porosan yaitu memohon tuntunan dan kekuatan dari Tuhan yang Maha Esa dalam manifestasinya sebagai Dewa Tri Murti agar dapat menciptakan sesuatu yang baik , memelihara sesuatu yang baik , dan meniadakan sesuatu yang bernilai negatif, untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dan semakin baik.
3.    Plawa atau daun-daunan. . Jadi dalam memuja tuhan harus dengan pikiran yang hening dan suci. Karena pikiran yang tumbuh menuju kesucian dan keheningan itulah yang dapat menangkal pengaruh buruk dari nafsu duniawi.
4.    Bunga. Bunga merupakan lambang keiklasan.  Memuja tuhan harus dengan hati yang iklas dan suci dari hati yang terdalam. dalam hidup kita harus mampu mengiklaskan diri dari berbagai ikatan duniawi sebab cepat atau lambat dunia ini akan kita tinggalkan karena tidak ada yang kekal di dunia ini.
5.    Jejaritan, reringgitan atau tetuwasan. Jejaritan merupakan lambang ketetapan dan kelanggengan pikiran. Hidup ini banyak sekali godaan-godaan yang bersifat duniawi yang datang silih berganti yang menggoyahkan pikiran suci kita untuk menuju kebaikan. Maka tetaplah menuju jalan suci yaitu jalan menuju kebenaran tuhan.
6.    Urassari, Urassari   berbentuk garis  silang  yang menyurpai tapak dara atau bentuk sederhana dari swastika (perputaran alam yang seimbang). Urassari yang disusun dengan jejaritan akan membentuk lingkaran padma astadala yang merupakan lambang stana tuhan dengan delapan penjuru mata anginnya. Jadi sampian urassari merupakan lambang permohonan kepada tuhan semoga dalam lingkungan hidup kita selaras dan seimbang.
itu lah yang di ajarkan oleh guru agama pada kelas V dan saya sering di suruh memimpin persembahyangan di padmasana karna saya yang berani memimpinya. Naik kekelas VI saya di ajarkan olah raga sama guru saya, yang dimana saya di ajarkan gerakan pemanasan dinamis dan gerakan yang lain seperti gerakan tentang kekuatan pangkuan, dan kuda kuda , saya di rumah sering di ajarkan sama orang tua memanjat kelapa. Dalam ajaran yoga memanjanjat termasuk kekuatan tumpuan kuda kuda kudan pengaturan nafas dan di ajarkan persembahyangan seperti tri sandiya dan kramanin sembah. Di rumah ketika ada orang yang ada kegitan di tetangga seperti halnya ada upacara manusa yadnya seperti nyerimpen , dan telu bulanan. Inilah yang sering saya laku semasa saya kecil ketika masih menginjak di bangku sekolah dasar. Menginjak di smp saya mengikuti  lomba jambore sekiran buleleng yang mana di tempatkan di desa bukti. Disana saya di ajarkan tentang kesabaran. Dan penjelasan tentang ajaran yoga itu sendiri  penjelasan yuga ini di antaranya; Yoga adalah keterampilan spritual, karena yang dikaji bukan hanya tubuh fisik saja, tapi juga jiwa kita. Di atas semua itu, yang terpenting dalam memahami ketrampilan yoga adalah praktik. Yoga memberikan dua disiplin praktik, yakni gerak dan diam.
Disiplin gerak bermanfaat menguatkan fisik, menghilangkan kekakuan sendi dan otot, serta mengontrol kesehatan saraf dan kelenjar tubuh. Disiplin gerak ini banyak membantu keseimbangan energi dan kenyamanan tubuh untuk kehidupan sehari-hari, bahkan penting untuk peremajaan sel-sel tubuh. Tak jarang praktisi yoga tampak lebih muda dari usia sesungguhan. Tentu saja, jika semua gerakan yoga dilakukan dengan benar dan teratur. Dalam disiplin diam, yoga memberikan rileksasi, ketenangan, kejernihan pikiran, keceriaan, rasa percaya diri, dan berkembangnya intuisi. Semuanya dapat diraih melalui meditasi yoga yang dilakukan dengan mengatur napas dan sikap yoga sempurna. Dari adanya jambore ini saya mendapatkan ilmu tentang pengaturabn nafas keetika saya ada kegiatan  pramuka. Saya di smp sering melakukan kegiatan kegiatan yang mana ada pada ajaran yoga itu sendiri. Kegitan ini di berikan oleh guru saya  untuk kesehatan murid muridnya  di antaranya :
1.      Penyakit pada bagian bawah  perut seperti maag, datang bulan tidak lancar, rematik. Bisa di sembuhkan dengan melakukan tawa Ha..ha..ha..ha..
2.      Penyakit pada bagian atas perut seperti asma, jantung, paru – paru, dapat disembuhkan dengan melakukan tawa He..he…he…he.
3.      Penyakit pada bagian tenggorokan seperti emosional, batuk, panas dalam, dapat disembuhkan dengan melakukan tawa Ho…ho…ho…ho.
4.      Penyakit pada bagian kepala seperti pusing, migran dapat dihilangkan dengan melakukan tawa , tapi sembari menutup mulut. Semua tawa itu dilakukan minimal 2 menit.Karena dengan tertawa dapat pula menghilangkan stress.
Ini yang di ajarkan  oleh guru saya yang mengajar olahraga karna guru yang mengajar kan penyembuhan seperti ini pernah mengikuti diklat di denpasar dan datang dari diklat  siswanya di ajarkan seperti itu. Sebelum melakukan gerakan olah raga guru saya manyuruh melakukan gerakan dinamis dan gerakan pemanasan, dalam ajaran yoga gerakan dinamis dan gerakan pemanasan anataranya.  latihan pernapasan (pranayama) sebelum istirahat beberapa saat sampai suhu tubuh normal kembali. Napas dalam yogasana. Pemanasan sebelum berlatih yoga, cukup dilakukan dengan berlari-lari kecil di tempat, seraya mengibaskan jari tangan dan kaki, serta mengayunkan lengan beberapa saat. Setelah itu, yoga diawali dengan peregangan tubuh, mulai dari leher, bahu, tangan, pinggang, lutut hingga sendi pergelangan kaki. Peregangan leher wajib dilakukan, untuk menghindari pusing selama beryoga dan menjaga kestabilan tubuh. Peregangan dapat dilakukan sambil duduk atau berdiri. Di sma sama juga di ajarkan oleh guru olah raga seperti yang diajarkan di smp. Di sma juga di ajarkan olah guru agama tentang penjelasan catur marga yoga diantaranya
1.      Karma-Yoga bagi tingkatan Brahmacari (Masa Belajar) adalah dengan melakukan kegiatan yang berprestasi ganda seperti Belajar baik dan Juara, Sopan santun dan beretika dan menjadi anak yang tauladan srta baik hati.
2.      Bhakti-Yoga bagi Brahmacari ) masa belajar ) adalah dengan rasa kecintaan dan ketulusannya melakukan semua saran dan keinginan orang tua dan guru untuk mendapatkan prestasi ganda tersebut di atas.
3.      Jnana-Yoga. Realisasi KeDewataan melalui pengetahuan atau kebijaksanaan dalam mencapai rahasia pengetahuan rohani.
4.      Raja-Yoga. Realisasi KeDewataan melalui pengendalian (Meditasi).

Dasar dari segala Yoga ialah saling menghargai dan menyayangi diantara sesama makluk yang dimulai dari diri sendiri dan dari rumah kita. Dalam berbagai buku Yoga dikatakan bahwa jalan satu-satunya kearah pengetahuan hanya dengan konsentrasi dari tenaga pikiran. Konsentrasi pikiran yang dipusatkan pada sesuatu yang bersifat lahir; sedangkan dalam ilmu pengetahuan batin adalah menarik pemusatan itu kepada pribadinya sendiri. Ini karena kita mengutamakan kon¬sentrasi, pikiran, atau Yoga. Tapi tidak demikian yang tersirat dalam ajaran Yoga yang sebenarnya. Para Yogi akan dikatakan Yogi kalau mereka berhasil dengan baik membahagiakan kedua orang tua dan para Guru dengan berprilaku seperti yang dikehendaki oleh orang tua serta mencerminkan arti Putra/ Putri dalam kitab Suci kita. (Penyelemat Orang Tua di Dunia dan Surga).
            Itulah sebabnya, maka disegala bidang-bidang keagamaan dalam dunia yang telah diciptakan ini. Para arif bijaksana menentukan bahwa anda akan mendapatkan kebahagian dunia dan akhirat kalau anda bisa mmembahagiakan orang tua. Kegunaan dari ilmu pengetahuan ini ialah untuk melahirkan ma¬nusia sempurna, dan tidak membiarkan dia menunggu berabad-abad, hanya sekedar sebagai bola mainan. Segala sesuatunya yang bersifat rahasia dan ganjil didalam system-sistem pelajaran Yoga harus ditolak dengan segera. Petunjuk yang terbaik dalam penghidupan adalah kekuatan dan kekuatan itu berada pada cinta kasih dan Doa orang tua.
Karma Yoga
            Sri Krishna adalah orang yang paling bulat pengetahuhannya mencapai perkembangan hidup penuh yang seimbang. Setiap detik kehidupannya penuh dengan kegiatan; 'baik sebagai seorang laki-laki normal, sebagai prajurit, menteri atau apa saja sebagai sarana dan penyair ia mencapai kebesarannya. Bayangkanlah, betapa pengaruh beliau itu diseluruh dunia, apakah diketahui atau tidak oleh anda. Aku hargai Sri Krishna karena kesuciannva yang murni. Tidak terdapat jaring kawa-kawa dalam warisannya, tidak ada hal-hal ketakhyulan. Beliau tahu menggunakan sesuatu, dan bilamana perlu memberi pada sesuatu, disitulah beliau ada. Suatu ciri-ciri kebesaran dalam sejarah keagamaan terdapat disini. Yakni cinta-kasih disini untuk cinta-kasih semata -mata, faham keyakinan ini untuk karya semata-mata, kewajiban untuk kewajiban, dan itu untuk pertama kalinya keluar dari mulut seorang Inkarnasi yaitu Krishna.
            Setiap orang didunia harus bekerja. Hanya mereka yang puas sepenuhnya dengan Batin sendiri, yang keinginan-keinginannya tidak keluar dari batas kebatinannya, yang fikirannya tak pernah keluar dari kebatinan baginya sifat batin adalah meliputi seluruhnya, hanya beliau-beliaulah yang tidak bekerja. Menurut Karma-Yoga, tindakan yang dilakukan oleh seseorang tidak dapat dihancurkan sebelum tindakan itu_mengeluarkan buah-nya; tak ada kekuatan di alam yang dapat menghentikan tindakan itu hingga tidak mernbawa akibat. Manusia yang ideal bercita-cita luhur ialah dia yang ditengah-tengah kesunyian dan kesepian menemukan kegiatan-kegiatan yang hebat,dan ditengah-tengah kegiatan yang menemukan.ke-sunyian dan kesepian gurun pasir. Sekarang anda mengetahui apa yang diartikan Karma-Yoga; sekalipun, diambang kematian untuk menolong orang lain, tanpa mengajukan pertanyaan, dan tak pernah memikirkan (hasil-hasilnya). Apa yang anda kerjakan tak pernah megahkan diri karena sifat kedermawanan anda kepada si miskin atau mengharapkan terima kasih mereka, bahkan lebih merasa terima kasih kepada mereka yang telah memberi kesempatan kepada anda untuk mempraktekkan amal diatas kehidupannya.
            Karma-Yoga menjadikan suatu ilmu pengetahuan untuk berkarya; anda belajar dari padanya cara bagaimana menggunakan semua pekerjaan-pekerjaan didunia sebaiknya. Kerja adalah suatu keharusan; tidak boleh tidak, tetapi kita harus bekerja dengan tujuan yang tertinggi. Meskipun demikian kita harus terus bekerja segala waktu kesusahan disebabkan oleh pengikatan, bukan oleh kerja. Ketika kita menyamakan diri kita dengan pekerjaan yang kita lakukan, kita merasa susah; tetapi bila kita tidak mempersamakan diri dengannya, kita tidak akan merasakan susah itu. Ini aku dan punyaku adalah penyebab segala kesusahan. Karena adanya perasaan mempunyai timbullah sifat-sif'at keakuan, dan keakuan menimbulkan penderitaan. Setiap langkah keakuan atau pikiran keakuan membikin kita terikat kepada sesuatu, dan segera kita hidup sebagai budak.
            Karma-Yoga mengajarkan pada kita, supaya menikmati keindahan di segala gambaran-gambaran didunia, tetapi jangan kita mempersamakan diri dengan salah satu diantaranya bila anda memiliki kekuatan mengekangnya, peganglah dia dan jangan membiarkan pikiran anda memasuki jalan-jalan keakuan. Orang boleh duduk diatas singgasana kerajaan tapi tidak-terikat sama sekali; sementara orang lainnya boleh jadi berpakaian compang-camping tapi masih sangat terikat.Pertama-tama harus kita capai tarap kesadaran tidak-terikat baru setiap orang boleh bekerja terus tanpa jenuh. Karma-Yoga menunjukan kepada kita cara yang terbaik untuk menolong kita melepaskan segala ikatan, sekalipun sangat berat. Mereka menyerahkan buah kerja mereka kepada Tuhan, mereka bekerja dan tak pernah terikat oleh hasil
apa yang dia lihat, rasa, dengar, atau buat, adalah untuk Tuhan. Untuk pekerjaan-pekerjaan mulia apapun juga janganlah kita minta pujian atau keuntungan.
Bhakti Yoga
            Bhakti-Yoga adalah jalan murni yang sewajarnya untuk mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh dan suatu usaha pencarian yang dimulai denga pelayanan diri terhadap orang tua serta berakhir dengan cinta kasih yang hakiki. "Bhakti" adalah cinta yang mendalam kepada Orang Tua (Tuhan). Bila orang mencapai ini ia akan mencintai semua dan tidak membenci siapa-pun; ia akan puas untuk selama lamanya Cinta dan tidak dapat dikurangi oleh keuntungan duniawi.
Bhakti lebih besar dari pada Karma, lebih besar dari Yoga, oleh karena dua yang terakhir bertujuan mencari sesuatu obyek tujuan terakhir, sedang Bhakti adalah buahnya sendiri dan sangat mudah mencapainya, hanya melalui Bhakti pada kedua orangtua. Satu keuntungan besar dari Bhakti adalah bahwa ia adalah jalan yang termudah, dan yang paling wajar guna mencapai tujuannya. Kerugiannya yang buruk adalah, dalam bentuk-bentuk Bhakti yang amat rendah acapkali ia merosot menjadi seorang fanatisme yang sangat menjemukan. Mengatakan "Cintailah"; cintailah Yang Maha Tinggi"; dan segala sesuatu yang rendah sifatnya akan jatuh terlepas, karena tujuan cinta pada kedua Orang tua adalah sifat-sifat yang termulia dalam diri kita sendiri. Dalam Bhakti Yoga, syarat pertama ialah hasrat akan kebahagian orang yang jujur dan sungguh-sungguh.  Kita hanya menginginkan kebahagian orang tua dan tiada lain, oleh karena keinginan-keinginan kita yang biasa, sudah terisi olehnya, dan kebahagiannya adalah kebahagiaan sang Pencipta.
            Bhakti tidak destruktif; ia mengajukan bahwa semua kemampuan kita dapat menjadi alat untuk mencapai keselamatan. Semua itu harus kita arahkan kepada Orang Tua dan kita berikan cinta itu kepadanya, dari pada cinta yang biasanya terbuang sia-sia, untuk benda-benda yang tiada berguna. Jalan kebhaktian bersifat wajar dan menyenangkan Ajaran ini seolah-olah menginginkan kembali aliran air dari gunung itu kepada sumbernya sebagaimana seorang Ibu melahirkan anak-anaknya tanpa merasakan sakit dan sakit yang tiada tara di anggap sebagai kenikmatan yang tiada tara. Inilah sebuah pelepasan diri yang paling tinggi, yang hanya dapat dilakukan oleh seorang Ibu saja. Kata bhakta itu sendiri membawa arti bahwa menjalankan hidup yang tertinggi adalah dengan cara malayani dan membhaktikan diri kepada semua makhluk.
Kata seorang Bhakta, bahwa kita harus berpegang pada diri sendiri seakan-akan kita sudah mati untuk segala benda-benda keduniaan; itulah memang penyerahan diri yang sungguh-sungguh. (A. S Kobalen. Grand Master & Instruktur Meditasi, Chakra dan Kundalini). Ini penjelasan guru saya yang ada di sma.di kost sering sekali saya melakukan sembahyang. Penjelasan persembahyangan saya dapat kutip dalam buku, karna saya dari belajar buku meendapatkan pengetahuan tentang persembahyangan dan saya memberikan penjelasan tentang persembahyangan.
Tri Sandya Sembahyang dan Berdoa menyatakan sembahyang merupakan suatu tapa dimana terdapat pengucapan mantra-mantra tri sandya pengucapan mantra juga disebut sebagai yoga dalam buku yoga yoga , selain itu juga terdapat posisi pada saat melaksanakan puja tri sandya yaitu dinamakan padaasana dalam buku materi pokok yoga, dalam puja tri sandya tersebut terdapat gerakan pranayama dimana dalam yoga asana disebut pranayama yang merupakan pengaturan nafas seseorang. 
Karena hal itu saya mencoba untuk bisa membuat sarana upacara seperti canang sari, ketupat, yang dibutuhkan disaat upacara berlangsung kegiatan ini termasuk dalam yoga karena membutuhkan suatu konsentrasi di dalam pembuatan sarana dan prasana persembahyangan tersbut begitu pula dalam yoga perlunya adanya suatu konsentrasi untuk menenangkan pikiran dalam melakukan suatu aktivitas gerakan yoga dalam buku Arti dan Fungsi Sarana Persembahyangan. Dalam bait ke 5 baris ke 14 bahwa Saya tidak suka membunuh binatang karna saya takut sama binatang  dan kasian kepada binatang yang di bunuh. Di kampus saya di ajarkan memakai japa sama teman  dan melantunkan gayatri mantra . dari sering saya melakukan berjapa saya mendapatkan kemudahan yang mana saya mengikuti pelajaran, gampang dalam menjawab pertanyaan dari teman ketika melakukan presentasi. Melakukan gayatri merupakan suatu yang sangat berharga mantra untuk yoga dan Gayatri mantram. Japa Yoga dijelaskan tentang mantra dapat mengubah sifat kita menjadikan lebih halus, lembut dan lebih tenang. Japa adalah pelafalan mental atau diam mengingat sebuah mantra yang perlahan-lahan membangkitkan getaran energi dalam ruang atau medan pikiran. Selain itu didalam Gayatri Sadhana dijelaskan pelaksanaan meditasi Gayatri dapat menghancurkan segala karma dan dosa dan dengan pemurnian hati serta pikiran, ia membukakan penglihatan ketiga guna pencerahan; dengan mantramu manusia dapat hidup lama atau berumur panjang dengan kesehatan yang prima, bersinar laksana cahaya dan membantu umat manusia dalam mempercepat evolusinya.hal tersebut disebutkan dalam buku yang berjudul Japa Yoga dan Gayatri Sadhana  .









Daftar Pustaka

Wiani I Ketut. 2000. Arti dan Fungsi Sarana Persembahyangan. Paramita : Surabaya.
Sarasvati Satyananda Svami.2002.Surya Namaskara.Paramita:Surabaya.
Suambara Kadek. Dalam Diklat BPH Yoga di Klungkung.
Bhasma Putu dkk. 1993. Materi Pokok Yoga. Departemen Agama dan Universitas Terbuka :Jakarta.
Siwanandha, Swami. 1998. Japa Yoga. Surabaya: Paramita.
Mantik Agus. 2007. Pelaksanaan Pasraman Kilat Kemah Sedhana. Paramita : Surabaya.
Ranus Tambang Niken .2005. Yajna Sesa. Paramita:Surabaya.
Yupardi Sayang.2004. Disiplin dan Sadhaana Spiritual. Paramita :Surabaya.
Pendit S Nyoman.2001. Kebangkitan Toleransi dan Kerukunan. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Jagannathan Shakunthala.2012. Hinduisme Sebuah Pengantar. PT Offset BP: Denpasar



1
BERYADNYA DALAM KONTEKS CATUR ASRAMA
Ni
Kadek Putri Noviasih, S.Sos.H
Secara umum yadnya diartikan sebagai
korban suci atau
pengorbanan yang
dilakukan secara tulus
ikhlas tanpa pamrih atau la
scarya. Apapun bentuk pengorbanan
itu, itulah yadnya. Pengertian ini begitu luas dan memang sejalan dengan yadn
ya itu
yang juga begitu luas.
Pemahaman yang berkembang sela
ma ini tentang yadnya adalah untuk
menyatakan berbagai bentuk ritual. Bila ada yang melaksanakan upacara perkawinan,
dikatakan sedang me
-
yadnya. Bila ada yang melaksanakan piodalan dikatakan sedang
melaksanakan yadnya.
Bila ada yang melaksanakan upacara Ng
aben juga disebut
beryadnya.
Pemahaman itu
tidak salah dan memang begitu.
Hanya perlu digarisbawahi
atau dipahami
bahwa pemahaman
seperti
itu
sesungguhnya
telah
mengalami
penyempitan makna.
Sesungguhnya
makna yadnya itu demikian luas.
Karena bahkan
cinta kasih Sang
Hyang Widhi dalam menciptakan alam semesta ini dikatakan sebagai yadnya, seperti
disebutkan dalam Yajur Weda mantram XXIII.62
Ayam yajno bhuvanasya nabhih
,
yadnya
adalah pusat terciptanya
alam semesta.
Kemudian pada Atharwa Weda yadnya
dikatakan sebagai salah satu unsur kekuatan yang menyan
g
ga bumi, yakni mantram
XX.1.1:
Satyam brhta rtam ugram diksa tapo, brahma yajna prhtivimdharayanti
,
kebenaran, hukum abadi yan
g agung, penyucian, pengendalian diri,
dan yadnya, in
ilah
yang menyangga bumi ini.
Masih banyak lagi mantram
-
mantram di dalam
Catur
Weda yang menjelaskan
keuniversalan dan keluasan makna yadnya. Demikian pula dalam pancamo Weda
(Bhagawadgita), tak kalah b
anyaknya sloka yang menyiratkan bahwa yadnya itu begitu
luas. Sudah saatnya kita menggali semua makna itu disertai harapan secara perlahan
-
lahan kita coba aplikasikan. Hal inilah yang akan kita coba bahas saat ini. Kita mencoba
menggali ajaran ag
ama kita y
ang juga maha luas.
Hindu mengenal adanya
lima macam y
adnya yang disebut Panca Yadnya
:
(1)
Dewa Yadnya; persembahan/korban suci kepada Tuhan dan manifestasinya
termasuk para dewa
(2)
Pitra Yadnya;
persembahan kepada orangtua dan para leluhur
(3)
Rsi Yadnya; persembahan kepada para guru suci/spiritual
(4)
Manusa Yadnya; persembahan kepada manusia atau yang bertujuan untuk
kesejahteraan manusia
(5)
Bhuta Yadnya; persembahan kepada para bhuta (makhluk/kekuatan
alam
negatif) di luar manusia
2
Catur Asrama terdiri dari dua kata, yaitu Catur dan Asrama. Catur artinya empat,
dan Asrama artinya jenjang atau tingkatan/tahapan. Jadi Catur Asrama artinya empat
jenjang at
au tahapan dalam kehidupan manusia.
Empat jenjang ini yaitu: Brahmacari,
Grehasta, Wanaprastha, dan Bhiksuka/Sanyasin.
a.
Brahmacari berasal dari kata Brahma dan Acarya. Brahma yaitu Tuhan dan
Acarya artinya berg
uru. Sehingga Brahmacari adalah masa belajar atau
menuntut ilmu pengetahuan.
b.
Grehasta artinya masa berumah tangga atau membangun dan membina rumah
tangga.
c.
Wanaprastha yaitu masa pengasingan di tengah hutan tujuannya untuk
melepaskan diri dari keterikatan
duniawi. Namun pada jaman sekarang
hampir tidak ada yang melaksanakan Wanaprastha secara harfiah. Dalam
perkembangan jaman saat ini, Wanaprastha diartikan sebagai upaya
-
upaya
pengendalian diri terhadap keduniawian, mulai melaksanakan perenungan
diri, dan l
ebih banyak melakukan kegiatan spiritual.
d.
Bhiksuka atau Sanyasin yaitu masa di mana manusia benar
-
benar lepas dari
keterikatan duniawi. Manusia dianjurkan untuk hidup layaknya pendeta atau
pertapa, tidak lagi bekerja untuk mencari nafkah tetapi untuk menye
barkan
ajaran
-
ajaran suci.
Brahmacari adalah tahap pertama dalam ajaran catur asrama. Pada tahap ini kita
semua sedang mencari
ilmu, aguron
-
guron, berguru.
Pada tahap ini yadnya apa yang
bisa
dilakukan? Bila dihubungkan dengan panca yadnya, apa yang bisa dilakukan? Pada
masa brahmacari ini tugas pokok kita adalah belajar dan belajar. Belajar dalam arti luas
tentunya, yakni belajar dalam penger
tian bukan hanya membaca buku.
Pokoknya apa
saja yan
g bisa dikorbankan secara tulus dan ikhlas, korbankanlah. Termasuk perasaan,
sekali
-
kali dikorbankan jika dimarahi guru atau orang tua. Guru dan orang tua, jika
memarahi pasti demi kebaikan anak. Tidak ada orang tua atau guru yang
memarahi
murid tanpa alas
an.
Waktu
dan tenaga hendaknya
digunakan dengan sebaik
-
baiknya.
Hendaknya seorang siswa secara tulus menggunakan waktu dan tenaganya untuk
belajar, secara tulus melakukan sembahyang
baik
di rumah, di pura,
atau
di pasraman.
Inilah wujud Dewa Yadnya.
Berbakti dan hormat
serta rajin membantu
orang tua
dan
melaksanakan ajaran
-
ajarannya sebagai bentuk pelaksanaan Pitra Yadnya.
Bentuk
Manusa Yadnya misalnya menghormati dan menghargai guru serta teman
-
teman, punya
rasa simpati dan belas kasih terhadap orang
yang sedang kesusahan, dan sebagainya.
Yang terakhir
turut memelihara kebersihan dan lingkungan sebagai wujud Bhuta
Yadnya.
Misalnya ikut kerja bakti, ngayah membersihkan tempat suci, dan tidak
membuang sampah sembarangan.
3
Masa
Grehasta
dianggap sebagai masa yang paling kompleks. Kompleks
permasalahannya, kompleks tanggung jawabnya
, kompleks juga kewajibannya.
Mengapa demikian? Ya, k
arena pada masa
Gre
hasta
, seseorang sudah harus mengurus
orang lain,
dalam arti orang selain dirinya sendiri. Orang lain itu adalah
pasangan
hidupnya (suami/istri, dan
anak
)
.
Pada masa ini seseorang sudah dituntut untuk bermasyarakat. Jadi tanggung
jawabnya sudah multiarah (vertikal dan horizontal).
Bagi kita umat Hindu ta
nggung
jawab yadnya masa
Grhasta
meliputi kelima yadnya
(Panca Yadnya)
yang
dipersyaratkan
baik secara
sekala
dan
niskala
.
Secara Sekala tentu berbentuk tindakan
-
tindakan nyata misalnya mendirikan
atau membersihkan
tempat suci
, sedangkan wujud
niskalanya a
dalah sembahyang atau mebanten.
Dalam Pitra Yadnya bentuk sekala
mungkin dengan menghormati dan berbakti kepada orangtua (kandung/mertua), dan
wujud niskala dengan melaksanakan upacara ngaben/ngeroras/nyekah.
Manusa yadnya
bisa dilakukan dengan memberikan
sedekah kepada
orang yang tidak mampu
, atau
membantu yang kekurangan dan kesusahan. Sedangkan secara niskala tentu dengan
rangkaian upacara manusa
yadnya, yaitu sejak bayi masih dalam kandungan dan
seterusnya. Demikian pula dengan Bhuta Yadnya, tidak hanya dalam bentuk upacara
masegeh, mecaru, tawur dan sejenisnya. Namun bagaimana kita menjaga dan
melestarikan lingkungan dan alam. Apakah dengan
menja
ga menanamkan dalam
keluarga akan pentingnya kebersihan lingkungan dan sebagainya.
Yadnya yang vertikal ditekankan pada
yadnya
kepada Sang HyangWidhi
atau
Dewa Yadnya.
Sepenuh
jiwa kita berpasrah
diri
saat se
mbahyang di Pura, dan juga pada
saat
mempersiapkan
berbagai sarana upakara
yang akan digunakan beryadnya.
Yadnya
vertikal menyangkut hubungan secara individual dengan Tuhan. Apa yang terbaik yang
bisa dipersembahkan atau dikorbankan kepada Tuhan oleh seseo
rang, itulah yadnya
vertikal.
Sebagaimana Hindu yang menekankan rasa dalam aktifitas keberagamaannya,
pun juga penganutnya yang selalu berusaha mempersembahkan yang terbaik dan
berlandaskan rasa tulus hati, rasa syukur, penuh rasa keikhlasan.
Makna yadnya
vertikal ini juga
bisa diterjemahkan secara khusus dengan istilah
Ngayah.
Prosesi
ngayah
ini menerjemahkan makna yadnya secara khas. Kita sudah
memaknainya dalam praktik, bahwa dalam ngayah kita sudah beryadnya tanpa ada
kepentingan apa pun, kecuali mewuju
dkan rasa bhakti kita kepada Sang Hyang Widhi.
Dalam yadnya dan dalam
ngayah
kita tak pernah berpamrih apa
-
apa. Kita hanya
berbuat, berbuat. dan berbuat secara bersam
-
sama. Saling mengisi, saling memberi,
saling mengajari dalam pembuatan s
a
rana upakara. Se
mua itu dilakukan secara
lascarya
dan setulus
-
tulusnya. Tidak ada di antara kita yang b
erharap balasan dalam
ngayah
.
4
Dalam pengert
ian horizontal, yadnya di titik
beratkan
kepada orang
-
orang terkasih
d
i sekitar kita, yakni
istri/suami dan anak
yang mesti kita beri perhatian dan
pengorbanan secara penuh ketulusan
.
Ketika anak
-
anak baru lahir, orang tua wajib
melaksanakan upacara Manusa Yadnya sampai si anak beranjak dewasa. Sedangkan
secara material atau
nyata (
sekala
), orangtua berkewajiban membiayai segala kebutuhan
anak baik fisik, pendidikan dan spiritual.
Pernahkah kita berharap suatu balasan terhadap perbuatan kita membiayai anak?
Tentu tidak, sekali lagi tidak. Kita melakukannya dengan sepenuh hati
tanpa berharap
apapun bagi diri sendiri.
Sekalipun
kita berharap
pastilah
ingin melihat mereka tumbuh
dengan baik, berkem
bang menjadi anak yang suputra, karena
suputra bisa
menyeberangkan orang tuanya dan neraka ke sorga. Perlu diingat bahw
a
suputra tidak
mengacu pada anak laki
-
laki saja. Semua anak yang dilahirkan,
baik
laki
-
laki maupun
perempuan, jika dia berkemban
g sesuai dharma dialah
Suputra
.
Dengan adanya anak
yang
Suputra
inilah yang menyebabkan siklus Pitra Yadnya
dan Manusa Yanya
dapat
berkesinamb
ungan.
Sedangkan menyangkut hubungan dengan orang lain, tentu juga harus senantiasa
dijaga. Baik itu hubungan dengan keluarga besar sanak famili, rekan kerja, maupun
tetangga di lingkungan sekitar kita termasuk dengan sesama
Krama Banjar
. Ini
juga
perlu
d
ilakukan sebagai wujud nyata pelaksanaan Manusa Yadnya.
Tahapan Wanaprastha dan Bhiksuka sendiri
umumnya
sangat jarang dilakukan
oleh orang awam. Hanya mereka
yang benar
-
benar sanggup dan mampu mengendalikan
keterikatan duniawi
-
lah yang bisa menjalani tahap ini. Kita bisa ambil contoh seorang
Sulinggih
(
Pedanda/Pandita
). Keseharian mereka selalu diisi dengan kegiatan
-
kegiatan
spiritual, untuk mendekatkan diri de
ngan Tuhan. Mereka punya kewajiban
menghantarkan jalannya suatu upacara dimanapun dan kapanpun dibutuhkan umat,
tanpa meminta upah atau imbalan
atas jasa
-
jasa mereka
.
Inilah Karma yang
tulus dan
utama
.
Kesimpulannya
,
pada setiap tahapan hidup kita wajib m
elaksanakan yadnya
.
Untuk
Brahmacari Asrama,
Bhagawan Wararuci dalam Kitab Sara
samuccaya sloka 27
mengajari kita memanfaatkan masa muda dengan sebaik
-
baiknya, yang beliau
umpamakan seperti rumput ilalang yang masih muda.
Seperti kita tahu, ujung ilalang
yang masih muda itu amat tajam. Maksudnya adalah
bahwa
ketika masih
muda pikiran
masih sangat tajam
atau cerdas
, hendaknya digunakan untu
k menuntut dharma
dan ilmu
pengetahuan. Dengan tajamnya pikiran seorang anak juga bisa me
-
yadnya
-
k
an tenaga
dan pikirannya itu, mengukir prestasi, membanggakan orangtua, serta mengharumkan
nama bangsa
.
5
Untuk Grehasta Asrama,
Kitab Nitisastra tampaknya bisa dijadikan pedoman.
Menurut
ajaran Agama Hindu salah satu tujuan perkawinan atau Grehasta adalah
memperoleh anak yang suputra. Dalam Kitab
Nitisastra
dijelaskan
:
Orang yang mampu membuat seratus su
mur masih kalah keutamaannya
dibandingkan orang yang mampu membuat satu waduk. Orang yang mampu membuat
seratus waduk kalah keutamaannya dibandingkan dengan orang yang mampu membuat
satu yadnya secara lascarya
/tulus ikhlas
. Dan orang yang mampu membuat ser
atus
yadnya masih kalah keutamaannya dengan orang yang mampu melah
irkan seorang anak
yang suputra”.
Sedangkan untuk Wanaprastha dan Bhiksuka, dalam Bhagawadgita Adyay
a
II
Sloka
47
“Karmany Ewadhikaras Te Ma Phalasu Kadaçana, Ma Karma Phala Hetur
Bhurma, Te Sango ‘Stwa Akarmani”
artinya:
bahwa
hanya
dengan
berbuat dan berbuat
yang menjadi kewajiban kita,
dan
bukan hasil da
ri perbuatan itu.